Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2018

Twenty one years old

21 taun? Ada yg beda dari pembuka penambahan umur sekaligus berkurangnya umur diangka ini. Kebanyakan isi doanya ttg skripsi dan jodoh. Yashh aku paham, mgkin karena nilai angkanya dan apa yg kugeluti saat ini. Selalu ada haru-biru didalamnya. Tp untuk semua ini aku berterimakasih padaMu, yg untuk saat ini selalu berbaik hati padaku memberikan kesempatan diriku memperbaiki diri. Ya meski aku tauu, aku masih tertatihtatih menjalani semuanya. Maaf selalu mengecewakanMu, maaf masih belum bisa memberikan yg terbaik padaMu. Terimakasih atas Agama, keluarga, sahabat, dan teman2 yg begitu sangat luarbiasa. Terimakasih atas kasih sayang yg sangat besar yg Engkau salurkan lewat mereka. Terimakasih pula atas nikmat yg begitu kusyukuri atas segala yg ada difisik maupub dihati. Mungkin masih banyak yg perlu diperbaiki. Maaf belum bisa memanfaatkan segala yg Kau beri dg baik. Tp percayalah, aku sangat mencintaiMu.

Cerita

Setetes syukur. Malam ini ceritanya nganterin adek ke pasar malam buat beli jajanan bareng umi juga. Pas lagi nunggu di pinggir jalan, ada seorang ibu dan anaknya tiba2 berenti gitu di samping aku dan umiku. Eh dan ternyata umi kenal dg si ibu itu, “Lohh kamu, mau kemana?” Tanya umi “Ini loh mbak (sambil nunjuk anaknya) tadi katanya pengen ke pasar malem, tak ajak jalan2 keliling2 aja hehe” senyumnya agak tertahan “Owalahh, jalan2 leee (sapaan pada anak lelaki daerah jawa). Kok gak masuk lee?” sapa umi ke anak si ibu Si anak memaksa ngajak si ibu buat ke dalam pasar malam “Besok2 aja mbak masuknya hehe” “Ayok buk, masuk” si anak terus maksa sambil narik2 pakaian si ibu “Iya, besok2 ya le” Batinku saat itu berasa seperti teriris ngeliat si anak yg sangat ngarepin buat bisa ke pasar malem, sekedar main2 dg mgkin hanya beberapa mainan saja. Namun, aku tau keadaan mereka yg tidak memungkinkan untuk itu. Akhirnya si ibu pamit sm umi. si anak dg penuh kecewa nurut2 aja.

A quite woman in noisy world

Sunyi di ramainya dunia Akhir2 jarang sekali berbicara dg diri sendiri, karena berangkat pagi pulangnya sore. Capek iya, bukan hanya fisik. Pikiran juga. Ramai sekali di luar. Alhasil, aku yg emang lebih interest ke sunyi terus menerus dijejali hal2 yg bikin otak penuh. Hehee try to adapt with this situation sih, belajar mencintai segala kondisi yg serta merta ada disekelilingku. Jadi rindu bertanya, “How was your day, nur?” “Have u grateful today?” Dan pertanyaan2 terikhlas dari diri sendiri, yang selalu menuntutku menjadi seseorang yg kuat, lebih baik lagi dari sebelumnya. Believe me, not someone who make u strong than before. Just u! Yes u.

Sefrekuensi

Karena sulit menemukan teman yg se-frekuensi. Mau ngomong C, baru cerita A dia udah paham sama isi topiknya jadi gausah repot2 cerita panjang lebar. Enaknya juga punya temen yg berkepribadian yg sama itu they feel what we feel. Dia ngerti diemnya kita bukan karena sombong atau apa, dia ngerti sesuatu yang org lain kadang gak bisa mengerti tentang kita. Seberusaha apapun buat ngejelasin ke org lain itu, they don’t know because they are not on our position dan sangat kecil aku menemukan orang2 yang berusaha memaklumi sifat2ku, naturally. Kenapa teman yg sefrekuensi itu perlu? • Karena kadang untuk menyimpulkan bagaimana keadaan kita, dia akan berusaha melihat dirinya dalam keadaan yg sama, dari sinilah pemakluman2 dalam berbagai hal didapat •

A little word.

Yang sangat ku kagumi, lagi dan lagi kepadaNya yaitu terkait dengan betapa Ia sangat baik dalam menutup aib seorang hamba. Kemarin ada salah seorang men-tag di ig, terkait dg sosok yg menginspirasi hijrahnya. padahal ketika melihat sosok diri rasanya terlalu naif jika bicara ttg hal ini. Tapi hal ini semakin memacuku menjadi lebih baik, terlebih menyadarkanku bahwa “gak usah ragu dalam menyampaikan kebaikan” akan ada orang2 yg mendukung. Terlepas dengan kita tidak akan bisa memuaskan semua orang. pasti akan ada grunjalan2 orang2 yang tidak suka, berfikiran segala macam yg buruk tentang kita. Dikira sok begini lah, sok agamis lah, padahal kamu masih begini-begitu. But, why we think about it? Why we not foccus on the good thing? On the good respond? Terimakasih, kepada semua yang telah banyak memberi ilmu dan warna dalam kehidupanku. Kepada teman2 yang selalu memahamiku diatas segala keburukanku. Kepada keluarga, yang selalu menyayangiku dibalik segala kekuranganku. Dan kep