Langsung ke konten utama

Postingan

Ditunggu kebaikan

Suatu malam di 2021, aku, Nanda dan Upang shalat magrib di masjid dekat rumah. Salah satu masjid baru yang cukup besar di daerah Glenmore. Saat ini sedang proses pembangunan. Hendak pulang, kami sedikit berkenalan dan ngobrol dengan salah satu keluarga pemilik masjid tsb. Yg bersangkutan berkata, "shalat jumat ke depan rencana imam di masjid ini mau minta tolong almarhum aba kamu, yek, gus toha dan .. (beberapa orang disebut oleh beliau). abah kamu, yek, dan gus toha qadarullah meninggal" 😢😢 Bahkan ketika abah  meninggal pun, banyak peluang kebaikan yang menunggu untuk bisa diambil. Allahummaghfirlahu aba🖤 semoga tiap kebaikan yg aba tanam, tumbuh mekar di dunia sini dan di akhirat sana. 
Postingan terbaru

24 ke 25.

24 ke 25ku. Ya, akhirnya aku masuk pintu ini. Seperempat abad, kata orang-orang. Ingatanku singkat, Masa-masa kecilku Perjalanan prosesku Sekilas melintas Membasahi ruang-ruang kecil dalam kepala Orang-orang tersayang satu-persatu berpulang menyisakan rindu yang kadang, karena aku tak kuat menahannya Aku abaikan Allah sayang Diberinya aku kesempatan untuk terus berbenah Meraih ampunanNya Menggapai ridhoNya 24 ke 25 ini tak banyak ambisi seperti taun sebelumnya Cuma pengen jadi hamba yang diridhoiNya pengen jadi hamba yang bermanfaat untuk diri pribadi, keluarga, sesama, dan agama Pengen kumpulin bekal berpulang, Karena di dunia cuma numpang Ya Allah, Naik-turun perjalanan menuju 25 ini Mohon maaf masih banyak kurangnya Sebagai hamba Terimakasih, atas segalanya. Terus kuatkan Terus beri pemahaman dan keikhlasan Bahwa segala takdir yang Engkau berikan adalah yang terbaik. Terus tuntun ya Allah Karena aku lemah tanpaMu Karena semuanya terasa gelap tanpaMu Kar

Love letter to my abah.

Bah, 2 tahun yang lalu aku minta ijin abah untuk sekolah lagi. Abah ngelarang. Aku coba jelasin baik-baik kalo niatku buat sekolah bukan cuma cari ilmu yang saat ini aku geluti, tapi lebih dari itu. Beberapa saat kemudian, abah menyetujui. Diijinkannya aku untuk sekolah lagi.  Hari ini, 28 Juli 2021. Setelah ujian tesis, salah satu dosen menyuruh untuk memanggil bapak dan ibu. Nafasku tercekat ba. Aku bilang, "ibu sedang menemui tamu" tanpa melanjutkan kalau tamu yang ditemui ibu merupakan tamu yang berkunjung karena kematianmu. Aku gak kuat. Tapi aku berusaha untuk memanggil umi karena aku pengen beliau tidak melewatkan momen ini. Akhirnya umi aku panggil. Umi datang dengan haru, sptnya haru bahagia dan duka. Ami mendampingi. Para dosen memberi ucapan selamat atas kelulusanku, juga menyebarkan banyak doa-doa baik untukku yang disampaikan kepada umi, ami, dan beberapa sodara-sodara yang turut mendengarkan Zoom-meeting pada saat itu. Mereka menangis bersamaan, ba. Aku juga t

How softly Allah touches the heart of His Hamba.

B eberapa minggu terakhir, tiap hari sabtu, aku dan salah seorang temanku, sebut saja si A, mengikuti kajian tentang "aqidah" di sebuah kajian offline yang kami ikuti. Di dalamnya terdapat 4 sesi yang membahas tentang konsep kehidupan hingga menemukan Pencipta dan bagaimana kehendak Pencipta. Pada pertemuan pertama, temanku kurang nyaman dengan kajiannya. Dikarenakan kok terdapat pembahasan tentang politik, padahal temanya kan tentang ke-agama-an. First impression emang bisa jadi penentu bagaimana kesan untuk pertemuan-pertemuan selanjutnya. Dari pertemuan awal ini, rasa "kurang nyamannya" berlanjut hingga beberapa pertemuan selanjutnya. Ada salah satu momen dia bilang, "aku agak membentengi sih nur sekarang sama informasi-informasi yang masuk" Saat itu aku hanya bisa ngomong, "yaudah gpp, ambil aja apa-apa yang menurutmu bagus. Kalo misal ada yang kurang sreg dihati, gak usah diterima" sembari menyarankan berdoa agar diberikan petunjuk yang be

How often do we clean our hearts?

Bismillah, Ada banyak hal dalam kepalaku, dan rasanya pengen banget dituangin dalam bentuk tulisan.  Kemaren, salah satu orang (sebut saja si C yang baru saja aku kenal dari salah seorang temanku) menyadarkanku tentang banyak hal. Hal ini bermulai dari percakapan tentang konsep keikhlasan.  Dibilangnya, "kalau ngomong tentang keikhlasan, orang atheis justru lebih ikhlas dibanding orang beragama sendiri. Karena mereka melakukan sesuatu tanpa mengharap balasan apapun. Sedangkan orang beragama, masih mengharap balasan dari Tuhan" Ketika pertanyaan ini terlontar, aku berdoa dalam hati, agar tak terpancing, agar gak asal jawab wkwk bisa bahaya kalo misal asal ngomong dengan ilmu secetek ini. Meski pas berdoa ini agak terdistrak dengan kata-kata yang masih dilontarkan orang tersebut. Jadi, ndak taulah termasuk khusyu atau enggak pas doa begini. Aku menimpali pernyataan dari si C, inti jawabanku yang mbulet saat itu, "Ya berati dia sombong, karena melakukan sesuatu nggak karena