Bertemu Peng Lina (Seorang Wanita Ramah dari Guangdong-China)
Bismillah,
Juli 2019, pasca lulus kuliah dan banyak nganggurnya aku iseng mencoba daftar untuk menjadi volunteer suatu program internasional, namanya “International Youth Leader”.
International Youth Leader merupakan sebuah program pelatihan dan pendidikan kepemimpinan untuk pemuda yang bergerak dibidang students exchange, leadership camp, dan halal and travel tour. Youth Leader sendiri difokuskan untuk melatih pemimpin muda yang berpotensi agar mandiri dan siap bersaing dikancah internasioanal. Untuk lebih mengetahui tentang program ini dapat kepoin IGnya @internationalyouthleader.
Dengan model keisengan tersebut, aku mencoba melengkapi persyaratan-persyaratan yang diajukan oleh Youth Leader Team. Beberapa diantaranya yakni mengirimkan CV dan sertifikat TOEFL. CV aku desain semenarik mungkin dengan English version dan sertifikat TOEFL dilampirkan sesuai dengan masa berlakunya.
Beberapa hari selanjutnya, secara nggak terduga aku mendapatkan balasan email dari Youth Leader Team. Ini dia balasannya,
Alhamdulillah, nggak nyangka akan mendapatkan balasan secepat ini. Aku coba cek lagi apakah email ini benar dari Youth Leader Team dengan mengecek keseluruhan e-mail dan mencoba menkonfirmasi melalui chat dan DM instagram offical International Youth Leader. Setelah mendapatkan konfirmasi bahwa benar aku lolos menjadi volunteer, aku mencoba menanyakan hal-hal teknis terkait dengan program tersebut. btw, kelebihan menjadi volunteer di sini, aku mendapatkan Fully Funded program, dimana biaya selama di negara tujuan sudah ditanggung semua oleh panitia.
Alhamdulillah
bahagia waktu itu, karena dari situ, salah satu impian untuk menjejaki bagian
bumi lainnya akan tercapai. Tapi, ternyata “nggak semudah itu ferguso” terdapat
beberapa kendala yang membuat diri terhambat untuk mengikuti program ini. Banyak
drama yang terjadi. Mulai dari drama tidak memperoleh ijin orang tua karena kekhawatiran mereka hingga drama paspor yang belum punya padahal waktu kegiatan udah mepet. "Agak lucu" ternyata kalo diinget-inget saat itu wkwk.
Namun, karena keinginan dan tekat yang kuat (: aku mencoba mengusahakan keduanya. Ku lobi dan yakinkan orang tua bahwa kegiatan ini insyaAllah aman dan memiliki dampak yang baik untuk perkembangan diriku selanjutnya. Akhirnya ortu merestui. Tapi, masih ada kendala lainnya salah satunya paspor. Aku coba hubungi lagi pada Panitia Youth Leader bahwa aku tidak bisa mengikuti batch ini karena terkendala paspor, dan menanyakan apakah bisa mengikuti pada batch selanjutnya. Dan Alhamdulillaah Panitia Youth Leader menyarankan untuk mengikuti di batch selanjutnya yakni batch Malaysia. Padahal batch saat itu dengan tujuan 2 negara yakni Malaysia dan Brunei Darussalam. Tapi, mungkin Allah meletakkan di batch selanjutnya yakni batch Malaysia merupakan batch terbaik untukku.
Akhirnya dapat lah LoA batch Malaysia ini.
Setelah mengurusi segala macam hal-hal untuk keberangkatan, akhirne berangkatlah aku. Alhamdulillah, seneng, bersyukur waktu itu.
Agustus 2019.
Dari rumah menuju Airport Surabaya. Malamnya bermalam di rumah Pak Tapa (masih saudara ibu). My first flight alone ceunah :”) dan aku gak tau apa-apa. Tapi tak apa, pengalaman biar lebih berani berkelana untuk daku yang introvert ini haha. Lalu, di Airport Surabaya dianterin Pak Tapa hingga tempat nunggu pesawatnya (karena pak Tapa kebetulan kerja di Airport Surabaya sana). Makasih pak Tapa. Pak Tapa dah berjasa dari mulai berangkat sampai pulang sampe rumah. Semoga kapan-kapan aku bisa jadi perantara Allah untuk bisa bales ya pak :”).
Sekitar kurleb 2 jam sampe di KLIA 2 (Kuala Lumpur International Airport). Di sana, sendiri. Menyusuri lorong-lorong bandara sendiri. Tapi tak apa, aku tak apa wkwk. Meski dengan kehadiran kawan kayaknya lebih seru. Tapi sendiri lebih menantang. Yak apa seh nur-__-
Lalu, sampe sana aku harus berurusan lagi sama IMIGRASI?
Setelah antrian yang agak panjang akhirne aku duduk. Nunggu panitia Youth Leader menjemput. Ah nunggu aja seru rasanya. Ngeliat banyak orang yang bukan hanya beda suku sekarang ini, tapi beda kewarganegaraan. Malaysia merupakan salah satu negara tujuan yang banyak diminati oleh negara lain untuk berkunjung, karena selain tidak perlu visa untuk ke sini, biaya hidup juga masih tergolong terjangkau. Jadi tidak heran Airportnya akan seramai ini.
Ditempat duduk, selain sibuk memandangi orang berlalu lalang, aku sibuk juga dengan ponselku. Mengabari keluarga dan kerabat di rumah kalau aku sudah sampai airport dengan selamat dan sedikit canggung hihi. Nah selama aku bergelut dengan HP dan whatsAppku. Tiba-tiba ada seorang bule dari Tiongkok berbicara yang entah apa artinya terhadapku sembari menunjuk-nunjuk layar hpku. Pada saat itu layar hpku berupa chat WhatsApp dari seorang teman. Aku kebingungan. “ngomong opo to mbak iki” gumamku dalam hati saat itu. Karena penasaran, ku sahutilah dia,
“can you speak english?”
Dia
menjawab dengan bahasa chinanya yang aku nggak ngerti apa maksudnya.
“bise
bahasa melayu?” ucapku meyakinkan
Tapi, Dia
tetep kekeuh jawab pake bahasa chinanya, sambil nunjuk-nunjuk hpku dan hp miliknya.
Karena masih saja kebingungan, Akhirne aku ada inisiatif pake google translate sebagai media komunikasi kita. Alhamdulillah, It worked. Ternyata, Namanya Peng Lina. She's from Guangdong China. Dan main ke Malaysia katanya buat liburan gitu bersama teman-temannya. Orangnya enak diajak ngobrol, ramah abis. Ternyata tadi dia nunjuk-nunjuk hp aku. Dia bilang dia bahwa di hpnya pake huruf-huruf china. Gak pake huruf-huruf alfabet kayak dihpku. Healah mbak.
Disela-sela obrolan kita.
She asked me, "kamu pernah ke Tiongkok?"
Aku menjawab "Belom, tapi aku pengen banget kesana"
Dia membaca jawabanku melalui google translate sambil tersenyum ngekek-ngekek sikit.
"Oke, aku akan menemanimu kalau kamu pergi ke Tiongkok" jawabnya ku ketahui setelah muncul terjemahan di Google translate
Ni dia mbaknya :) hehehe
Ni
riwayat percakapan google translate kita hehe (ngomong ngalor-ngidul ntah apa wkwk)
Dan akhirnya kita lanjut ngobrol meski agak kesulitan karena harus mengandalkan bantuan aplikasi Gugel translet ini untuk ngobrol satu sama lain. Mbaknya super humble sekaliii. I've learn a lotttt from this meeting. We live in a big universe. Yang mana, banyak sekali yg belum kita ketahui tentang manusia-manusianya, lingkungan, teknologi, dan semua komponen di dalamnya. We still stupid, in many things. Bikin sadar juga, kalo teknologi bener-bener pembuka barier yg bikin apapun saling berhubungan satu sama lain. Mau kemana aja skrg jadi gak terlalu takut, ada teknologi yg bikin lebih mudah semuanya. Daaan juga, biasanya perbedaan apalagi beda negara bikin kita tonjok-tonjokan judge sana-sini. Ndeh, kalo udah duduk bersama tuh. Ngobrol bareng. Seketika mgkin ada penilaian-penilaian kita tentang bangsa lain yg begini-begitu berdasarkan subjektifitas semata, jadi luntur.
Kadang kita menilai buruk seseorang karena emang kita belom kenal. Intine ta'aruf. Kenal adalah awal dari semuanya. Gimana kita mau saling memahami kalau kita nggak kenal?
Kenal Peng Lina mengajariku banyak hal. Salah satunya tentang menjadi seseorang yang memulai berkomunikasi dengan orang lain bahkan dengan bahasa apa adanya. Meski dengan bahasa yang si orang lain ini nggak ngerti apa maksudnya. Akan ada jalan untuk orang-orang yang antusias atau kepo terhadap sesuatu, ya asalkan usaha dulu. Memulai berkomunikasi dengan topik obrolan sesederhana apapun akan mengantarkan kita menambah relasi pertemanan dan membuka banyak wawasan yang sebelumnya tak kita ketahui. Sesederhana tau kalau di Tiongkok ada daerah bernama Guangdong.
Nice to know u Peng Lina, semoga suatu saat Allah mengijinkan semestaNya mempertemukan kita lagi :) Ciao!
Komentar
Posting Komentar