Beberapa minggu terakhir, tiap hari sabtu, aku dan salah seorang temanku, sebut saja si A, mengikuti kajian tentang "aqidah" di sebuah kajian offline yang kami ikuti. Di dalamnya terdapat 4 sesi yang membahas tentang konsep kehidupan hingga menemukan Pencipta dan bagaimana kehendak Pencipta.
Pada pertemuan pertama, temanku kurang nyaman dengan kajiannya. Dikarenakan kok terdapat pembahasan tentang politik, padahal temanya kan tentang ke-agama-an. First impression emang bisa jadi penentu bagaimana kesan untuk pertemuan-pertemuan selanjutnya. Dari pertemuan awal ini, rasa "kurang nyamannya" berlanjut hingga beberapa pertemuan selanjutnya.
Ada salah satu momen dia bilang, "aku agak membentengi sih nur sekarang sama informasi-informasi yang masuk"
Saat itu aku hanya bisa ngomong, "yaudah gpp, ambil aja apa-apa yang menurutmu bagus. Kalo misal ada yang kurang sreg dihati, gak usah diterima" sembari menyarankan berdoa agar diberikan petunjuk yang benar dan terbaik.
Tiap pertemuan, emang kerasa vibes "nggak nyaman"nya dia, beberapa kali agak mempengaruhi aku juga sih. Karena aku termasuk tipe orang yang nggak nyaman juga ngeliat orang lain "nggak nyaman". Tapi, karena materi serta penyampaian kajian yang kami ikuti bagus, agak teralihkan jadinya.
Nah, dipertemuan ke-4 kemaren, dimana merupakan pertemuan terakhir sesi aqidah ini. Awal sebelum kelas dimulai, dia menunjukkan ke"tidaknyaman"annya lagi.
Si A bilang, "Nur, aku kok pengen balek kos ya?" ucapnya lirih
"Lah, kenapa? Kamu lagi sakit po?" Jawabku menimpali
"Enggak sih, nggak tau kenapa kok rasanya gak enak. Pengen pulang aja"
Padahal materi udah mau mulai berjalan. Akhirnya aku cuma bilang, "istighfar.. istighfar" sembari mencoba menfokuskan pada MC yang mulai membuka acara.
Akhirnya kita berdua dan teman-teman yang lain menyimak apa yang disampaikan ustadz dalam forum kajian. Masih sama seperti materi-materi lalu yang bagus dan isinya "daging" banget, kami semua enjoy menikmati pemaparan-pemaparan yang dijelaskan ustadz.
Pas kajian berlangsung, aku merasa si A menikmati kajian yang berlangsung pada hari tersebut. Hal ini juga diklarifikasinya saat break materi dimana aku dan si A keluar ruangan.
Di luar si A bilang,
"Materi hari ini bagus ya Nur"
MasyaAllah aku nyengir dengernya, sambil ku timpali dia dengan ketawa,
Aku lega mendengar jawaban si A pada saat itu. Dimana ke"tidaknyaman"annya udah mulai hilang. Dan dia mulai enjoy mengikuti sesi hingga akhir. Alhamdulillah.
Okee, akhirnya kita pulang, rutinitas biasa setelah kajian ini kita makan di warung langganan, sembari membahas kajian yang didapat atau enggak merembet kemana-mana. Si A mulai nyaman dengan kajian yang kami ikuti ini, dan kami juga berencana untuk melanjutkan untuk mengikuti kajian episode selanjutnya dengan tema berbeda, insyaAllah. Semoga Allah selalu berkahi.
Salah satu yang bisa aku pelajari dari rangkaian-rangkaian kejadian ini adalah gimana dengan lembutnya Allah menyentuh hati seorang hamba untuk mengabulkan apa yang "hambanya" pinta.
Sebagaimana si A yang saya yakin, dia pasti berdoa untuk diberi ke"nyaman"an ketika mendapat apa-apa yang menurutNya benar. Dan Alhamdulillah, Allah mengabulkan hal tsb, dengan caraNya yang halus lagi indah. Hal ini makin memantapkanku tentang betapa powerfulnya "doa" itu. MasyaAllah.
Apa-apa harus melibatkan Allah. Nggak ada yang bisa ngatasin apapun kecuali Allah, termasuk rasa ragu yang muncul dalam hati. Semua emang baiknya dikomunikasikan, bentuk komunikasi terbaik dengan Allah gimana? Ya dengan doa. Dengan doa udah nunjukkin kalo kita hamba dan gak pernah berkuasa atas segala sesuatu, bahkan rasa yang dirasakan sekalipun. The key is Doa.
Tiap orang pasti pengen selalu diberikan jalan terbaik, jalan terbaik versi yang Maha Baik. Bersyukurlah kita sebagai muslim, selalu berdoa akan hal tsb minimal 17 kali dalam sehari.
Semoga saja kita selalu meresapi doa yang begitu indah ini setiap kali kita ucapkan dengan lisan maupun hati kita,
• اِÚ¾ْدِÙ†َا الصِّرَاطَ الْÙ…ُسْتَـقِÙŠْÙ…َ
• صِرَاطَ الَّØ°ِÙŠۡÙ†َ اَÙ†ۡعَÙ…ۡتَ عَÙ„َÙŠۡÙ‡ِÙ…ۡ ۙ غَÙŠۡرِ الۡÙ…َغۡضُÙˆۡبِ عَÙ„َÙŠۡÙ‡ِÙ…ۡ ÙˆَÙ„َا الضَّآÙ„ِّÙŠۡÙ†َ
Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepadanya; bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat. - (QS. Al-Fatihah : 6-7).
Komentar
Posting Komentar